Wednesday, June 20, 2012

Buron Sampai ke Akhirat

(Kronik Pembaruan)

Penayangan wajah para koruptor, menurut kalangan TVRI, dilakukan setiap hari Senin dan Kamis, konon acara itu banyak diikuti pemirsa, khususnya mereka yang mempunyai hubungan dengan koruptor-koruptor tersebut.

Kisah ini juga menyangkut penayangan wajah koruptor tersebut, yang justru muncul dalam pertemuan antara sejumlah pengusaha dari Jakarta dengan pengusaha-pengusaha daerah yang tergabung dalam DPD Hippi (Himpunan Pengusaha Putra Indonesia) hari Selasa lalu (6/2) di Dili, Timor Timur.

Saat itu, pengusaha nasional Probosutedjo memberikan pengarahan kepada pengusaha-pengusaha daerah itu, agar masa-masa permulaan ini jangan terus mengejar kemewahan. “Jangan kalau sudah menjadi direksi terus minta Mercedes, rumah mewah dan isteri banyak,” katanya pada pengurus Hippi daerah itu, yang baru dilantik pada malam sebelumnya.

Probo pun mengisahkan pengalamannya ketika mulai berusaha sekitar hamper dua puluh tahun yang lalu, setapak demi setapak dan tidak mengenal jam. Dan suatu ketika ia bekerja di suatu perusahaan eksportir kopi, bernama PT Orici.

Ketika menyebut nama perusahaan itulah, Probo menjadi “melantur”. Ia mengatakan wajah seorang pemimpin perusahaan itu telah ditayangkan oleh TVRI sebulan lalu, sebagai koruptor yang buron.

Tapi saya tahu persis, pengusaha itu sudah meninggal dunia di Brazil, karena penyakit lever, jauh sebelum penayangan itu, kata Probo. “Karena itu ia terus menjadi buron sampai ke akhirat”, tambahnya disambut tawa para pengusaha nasional dan daerah di suatu hotel yang sedang direnovasi.

Dalam penerbangan pulang ke Jakarta, menjawab pertanyaan wartawan, Probosutedjo mengatakan sudah tidak ingat lagi nama Indonesia pengusaha itu, sedang nama aslinya mirip Ng. PP. Katanya, harta yang ditinggalkan buronan yang almarhum itu mencapai RP 12 miliar, yang menjadi rebutan para keluarganya.

--Moxa Nadeak

Jakarta, 10 Februari 1990

0 comments:

Post a Comment