Wednesday, June 27, 2012

Dari Sri Paus ke Allahu Akbar

Kronik Pembaruan

Bulan Oktober ini adalah bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada bulan ini baru saja kita menerima kunjungan Paus Johanes Paulus II yang mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Dili, dan Medan. Sri Paus menyampaikan salamnya kepada semua umat beragama, dan secara khusus menunjukkan salamnya itu kepada saudara-saudara yang beragama Islam.

Hari Senin, 23 Oktober umat Kristen Protestan yang gereja-gerejanya bergabung dalam PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) melangsungkan Sidang Raya yang ke-11 di Surabaya. Pada pembukaan SR itu di Stadion Gelora 10 November, Presiden Soeharto menekankan makna yang serupa dari agama-agama terhadap Allah. Berkata Kepala Negara: "Kita berbeda-beda dalam keyakinan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi kita berucap bersama satu kalimat. Bahasanya mungkin berbeda, namun maknanya satu: yaitu "Allahu Akbar", "Allah Maha Besar", "Terpujilah selalu Nama-Nya". Agama yang dimaksudkan tentulah agama Islam.

Sebelumnya Kepala Negara mengatakan bahwa ketika membuka Sidang Raya ke-9 Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) di Manado, lebih dari sembilan tahun yang lalu," dengan penuh keharuan dan kebahagiaan saya katakan, alangkah indahnya hidup rukun antara rakyat Indonesia di negara Pancasila ini".

Kerukunan umat beragama memang dibuktikan oleh bangsa kita pada bulan Oktober ini. Sri Paus, pemimpin umat Katolik se-Dunia dengan aman telah mengunjungi negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sidang Raya PGI berlangsung di Surabaya, dan diselenggarakan di komplek Kodikal Bumi Morokrembangan, suatu kompleks pendidikan Angkatan Laut. Pemilihan tempat ini, menurut Ketua Umum PGI Dr. Soelarso Soepater membuktikan manunggalnya ABRI dengan Rakyat pula.

Rasa haru dan kegembiraan Presiden Soeharto juga adalah rasa haru dan gembira dari umat Kristen yang penuh sesak memenuhi Stadion Gelora 10 November itu. Mereka melupakan sengat matahari yang di atas normal sampai-sampai seorang ibu di tribun sebelah kiri harus digotong ke luar di tengah-tengah lagu kebangsaan "Indonesia Raya" menyambut kedatangan Kepala Negara. Mereka juga melupakan ketatnya penjagaan baik ketika memasuki stadion ini maupun di sekitar kompleks Kodikal.

"Allahu Akbar" dengan bahasa Arab dan "Allah Maha Besar" dalam Bahasa Indonesia, mengharukan hati dan menggembirakan kita bahwa bahasa yang berbeda, suku yang berbeda, latar belakang budaya yang berbeda bukanlah penghalang bagi kita bersama-sama mengamalkan Pancasila dalam suasana yang rukun dan saling menghormati.

24 Oktober 1989
Moxa Nadeak

0 comments:

Post a Comment